Memohon Keselamatan, Warga Gelar Ruwatan Bumi Jember
JEMBER, Ruwatan atau ruwat (bahasa jawa) berarti melepas atau dilepas. Ruwatan merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang lestari hingga sekarang. Tradisi ruwatan bertujuan untuk membebaskan atau melepaskan seseorang atau banyak orang, dari hukuman, belenggu tak kasat mata dan kutukan yang membawa bahaya.
Masyarakat dari 16 etnis di Kabupaten Jember menggelar tradisi ini, bertajuk “Ruwatan Bumi Jember” pada Minggu siang, 7 Juli 2024 di Alun-alun Jember.
Ruwatan ini digelar dalam rangka menyambut 1 Suro 1958 yang jatuh pada 7 Juli 2024 petang.
Rangkaian ruwatan bumi Jember ini diawali dengan kirab gunungan hasil bumi, berupa buah-buahan dan sayuran, serta tumpeng makanan, yang diarak mengelilingi perkotaan Jember. Ada atraksi pecut juga mewarnai arakan.
Warga selanjutnya melakukan doa bersama dengan para tokoh lintas agama dari Islam, Budha, Kristen, Katolik, Hindu serta Penghayat Kepercayaan.
Seusai arakan keliling dan berdoa bersama , kemudian warga berebut gunungan hasil bumi dan diakhiri makan tumpeng bersama.
Budayawan Jember yang turut terlibat, Miftahul Rahman atau akrab disapa Memet berujar, ruwatan ini adalah inisiasi Forum Pembauran Kebangsaan, yang menginginkan Kabupaten Jember lebih maju ke depannya.
“Melalui ruwatan ini, kita semua buang ‘sengkolo’ atau apa-apa yang selama ini membelenggu Kabupaten Jember, harapannya kita ingin kota tercinta (Jember) ini terus maju ke depannya, warganya rukun guyub dan perekonomian warga meningkat,” kata Memet.
Ruwatan bumi Jember juga dihadiri Bupati Jember Hendy Siswanto.
Bupati Hendy menyampaikan, ruwatan ini bentuk kepedulian masyarakat yang peduli terhadap kotanya dan ini sangat baik.
“Dengan adanya ruwatan ini, menandakan masyarakat sangat peduli dengan daerah atau kota Jember tempat tinggalnya, ini sangat positif dan kita harapkan bersama, setelah diruwat bisa membebaskan Jember dari segala bahaya, musibah, diberi kemudahan semua,” harapnya. (ipf)