Al Baitul Amien, Masjid Tujuh Kubah dengan Biaya Gabah

Di era tahun tujuh puluhan, Masjid Jamik Al Baitul Amien, merupakan sebuah bangunan yang dinilai paling fenomenal dan monumental. Dengan gaya arsitektur Islam dan
karakteristik daerah, ketika itu terbilang paling unik dan wah. Model atap berbentuk bundar dengan tanpa dibatasi sudut-sudut tertentu, Masjid Al Baitul Amien dianggap masjid terindah. Lalu bagaimanakah proses pembangunannya, hingga sebuah tempat ibadah yang begitu megah bisa berdiri dan menjadi kebanggaan masyarakat Jember. Berikut catatan Indra G Mertowijoyo, Jember Kita.
Adalah mantan Bupati Pemerintah Daerah Tingkat (Dati) II Kabupaten Jember, Letkol (Purn TNI) Abdul Hadi, yang pertama kali meluncurkan gagasan perlunya dilakukan perluasan masjid atau pembangunan masjid baru yang sanggup menampung jamaah dalam jumlah banyak, khususnya saat Shalat Jumat, agar tidak sampai meluber ke jalan. Gagasan ini dimunculkan, karena Bupati Abdul Hadi, yang hampir setiap Jumat menjadi peserta shalat, selalu berada di bawah pohon asam di timur jalan Kartini (barat alun-alun).
Karena itu, Bupati Abdul Hadi memandang perlu dilakukan perluasan masjid agar jamaah tidak sampai shalat di jalan. Abdul Hadi menilai, perluasan masjid akan bisa terlaksana apabila memperoleh dukungan dari masyarakat Jember, utamanya yang berkepentingan dengan pembangunan masjid itu.
Gagasan ini disampaikan, ketika Abdul Hadi menjadi Khotib pada Khutbah Iedul Adlha tahun 1972. Ketika itu Abdul Hadi menguraikan, betapa pentingnya menggalang persatuan dan kesatuan, antara unsur Pemerintah dan Ulama. Dengan rasa percaya diri, Bupati Abdul Hadi menguraikan Hadits Nabi Muhamad SAW: